Industri Otomotif RI Tancap Gas! Ekspor Mobil Listrik Tembus Rekor Baru di 2025

Industri otomotif Indonesia kembali mencetak prestasi gemilang. Di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian, sektor ekspor mobil listrik justru mencatatkan lonjakan tajam. Data terbaru Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menunjukkan bahwa ekspor mobil listrik Indonesia pada kuartal III 2025 menembus angka 120 ribu unit, naik lebih dari 45% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Peningkatan ini menjadikan Indonesia salah satu pemain judi bola gacor kunci baru di pasar kendaraan listrik Asia Tenggara, sekaligus memperkuat posisi Tanah Air dalam rantai pasok global kendaraan ramah lingkungan.

Dari Tangerang ke Dunia: Cerita di Balik Lonjakan Ekspor

Salah satu faktor utama pendorong lonjakan ekspor datang dari perluasan pabrik-pabrik besar di kawasan industri Tangerang, Karawang, dan Cikarang.
Produsen seperti Hyundai, Wuling, dan Toyota telah menambah kapasitas produksi untuk varian mobil listrik dan hybrid, menyusul permintaan yang melonjak di pasar Eropa dan Timur Tengah.

“Permintaan kendaraan ramah lingkungan meningkat pesat. Indonesia diuntungkan karena punya pasokan nikel yang melimpah untuk produksi baterai,” ungkap Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam konferensi pers, Jumat (7/11).

Dukungan Pemerintah Jadi Kunci

Tak bisa dipungkiri, keberhasilan ini juga didorong oleh kebijakan pemerintah dalam memberikan insentif pajak dan kemudahan ekspor. Program Tax Holiday dan penurunan bea masuk untuk bahan baku kendaraan listrik terbukti ampuh meningkatkan minat investor.

Selain itu, Bank Indonesia juga berperan menjaga kestabilan nilai tukar rupiah agar biaya ekspor tetap kompetitif. Hal ini menjadi kabar baik bagi produsen yang melakukan kontrak jangka panjang dalam dolar AS.

“Dengan kurs yang relatif stabil, industri otomotif lebih percaya diri menargetkan pasar global,” kata ekonom senior dari LPEM UI, Teuku Faisal.

Dampak Langsung ke Ekonomi Nasional

Kenaikan ekspor mobil listrik tak hanya memperkuat neraca perdagangan, tapi juga menciptakan efek berganda (multiplier effect) di sektor lain.
Mulai dari industri baterai, logistik, hingga penyediaan tenaga kerja di daerah industri ikut kecipratan dampaknya.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor otomotif berkontribusi sekitar 12,4% terhadap total ekspor manufaktur Indonesia sepanjang 2025. Angka ini berpotensi meningkat seiring rencana ekspor tambahan ke Australia dan Uni Emirat Arab.

Tantangan yang Masih Mengintai

Meski pencapaian ini patut dibanggakan, sejumlah tantangan masih perlu diwaspadai.
Pertama, ketergantungan terhadap bahan baku impor seperti chip dan semikonduktor masih tinggi. Kedua, persaingan dari produsen mobil listrik Tiongkok dan Korea juga semakin ketat.

Pemerintah saat ini tengah menggenjot program “EV Ecosystem Roadmap 2030”, yang berfokus pada kemandirian industri baterai dan peningkatan kandungan lokal (TKDN) hingga 60% di tahun 2027.

Join